5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Produksi Video Pembelajaran

Kesalahan teknis produksi video pembelajaran bisa membuat videomu diabaikan begitu saja oleh audiens.

[ilustrasi] Kesalahan Produksi Video Pembelajaran (ilustrasi.id)

Langkah awal membuat video pembelajaran adalah membuat skrip atau naskah, kemudian melakukan produksi. Langkah teknis produksi adalah jalur yang harus dilewati skrip untuk mencapai visualisasi yang optimal. Kalau visualisasi tidak optimal, akibatnya sudah jelas: pesan video tidak akan tersampaikan. Kamu sudah menyia-nyiakan waktu, tenaga, dan budged untuk produksi yang melelahkan.

Sebagai contoh, kamu diberikan daging premium untuk steak, namun kamu memasaknya dengan api yang terlalu besar. Akibatnya dagingmu gosong. Sama halnya dengan video pembelajaran, skripmu sudah optimal, namun kesalahan produksi bisa mengacaukan skripmu.

Audiens mau menonton video pembelajaranmu jika isinya bisa diproses oleh pemahaman mereka. Jika tidak, it’s easier to escape. Perlu diingat bahwa audiensmu tidak akan berusaha menggali lebih dalam tentang materi videomu. Mereka hanya mau menikmati videomu, dan segera beralih jika tidak sesuai dengan yang mereka inginkan..

Lalu apa saja kesalahan yang sering dilakukan saat memproduksi video pembelajaran?

  1. Kualitas video yang buruk

Video adalah citra yang akan menimbulkan kesan pertama audiens, serta gambaran usahamu membuat video pembelajaran. “Oh kualitas videonya bagus, kayaknya isinya bagus deh.”

Jika video pembelajaranmu diunggah di kanal YouTube, hal pertama yang akan terlihat adalah banner video yang diambil sepotret scene video yang telah kamu buat (hal itu berlaku jika kamu tidak mengatur ulang banner video). Betapa menyedihkannya, jika videomu dilewati begitu saja tanpa melihat judul karena kualitas banner yang buruk.

Penyebab kualitas rendahnya video juga bisa disebabkan oleh tools atau alat yang digunakan, seperti: kamera HP, kamera MP4, dll, serta teknik pengambilannya. Jangan sampai lensamu tidak terfokus. Minimal pencahayaan dan fokusnya cukup.

Jika video pembelajaranmu adalah animasi explainer atau whiteboard animation, kualitas video pembelajaranmu dipengaruhi oleh gambar, animasi, voiceover, dan teknis exportnya.

  1. Kualitas audio

Berdasarkan hasil penelitian Selen Turkey (2016), audio adalah media yang efektif untuk meningkatkan engagement setelah video. Hal ini berarti kualitas audio adalah poin penting yang menimbulkan kesan kedua audiens pada video pembelajaranmu.

Kategori audio bisa dikatakan buruk bila suaranya tidak seimbang, seperti volume dan gema, tidak ada keharmonian, atau suara yang terlalu lembut dan keras. Misalkan saja, kamu mendengarkan mendengarkan bungi “ngiiiiiing” dari suara speaker pengumuman di puskesmas. Kamu pasti akan buru-buru menutup telingamu dan merasa kesal. Hal itu juga berlaku untuk video pembelajaran.

  1. Tidak sinkron

Proses terakhir yang harus dipastikan dari produksi video pembelajaran adalah sinkronisasi antara skrip, video sebagai visual, dan audio. Kesalahan yang sering terjadi adalah visual berjalan lebih lambat dibanding audionya. Efeknya tidak main-main, hal ini bisa menurunkan retensi dan attensi audiens. Pesanmu berpeluang 100% tidak akan diproses oleh pemahaman audiens.

  1. Durasi yang terlalu panjang

Pada tahun 2012, keputusan audiens untuk menonton video hingga akhir berada di 12 detik pertama. Namun perkembangan teknologi semakin memendekkan rentang ketertarikan audiens menjadi 8 detik pertama. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian WISTIA, setelah 2 menit maka nada penurunan engagement yang signifikan.

Sama halnya seperti menulis, video harus sepanjang yang diperlukan. Video dengan durasi lebih dari 12 menit kemungkinan besar berupa video narasi atau tutorial yang intens. Dalam kedua kasus tersebut, audiens mengharapkan video yang lebih panjang. Namun setiap menit setelah menit ke 12, kamu akan semakin kehilangan audiens.

Binus University menyarankan durasi video pembelajaran sebaiknya tidak lebih dari 10 menit, karena attention span audiens kian berkurang. Sebaiknya durasi video pembelajaran dibuat sependek mungkin, atau bisa mempertimbangkan penggunaan video serial.

Baca juga: Alasan Mengapa Kamu Harus Mempertimbangkan Penggunaan Video Serial

Lalu, bagaimana cara memperkecil kesalahan teknis produksi video pembelajaran?

Saran dari WISTIA, mulailah produksi video pembelajaran dengan durasi pendek. 30 detik, 60 detik, 90 detik, hingga 120 detik. Kemudian siapkan checklis kriteria video pembelajaran yang baik. Simpelnya, hal ini akan memudahkanmu mengontrol proses produksi dan kualitas video pembelajaranmu.

Namun, jika video pembelajaranmu berupa whiteboad animation atau video explainerner, kamu bisa mendiskusikannya bersama tim ilustrasi.id. Kamu tidak perlu khawatir, ilustrasi.id memiliki kreator yang kompeten dibidang pendidikan. Ayo, segera hubungi tim ilustrasi.id di sini.

Semoga bermanfaat

Sakti

Tim ilustrasi.id